Sumpe, Nulis itu Gampang #Part 2 Episode “[Masih] di Zona Nyaman”

Selepas dari perbincangan dengan Kamsat siang tadi, malam ini Kimsat ngalamin imsomnia. Di rebahkan badannya yang pas-pasan, (dibilang kur...

Selepas dari perbincangan dengan Kamsat siang tadi, malam ini Kimsat ngalamin imsomnia. Di rebahkan badannya yang pas-pasan, (dibilang kurus belum sampai, ideal juga kagak), seperti biasa, diambilnya guling kesayangannya yang berwarna sedikit abu-abu. Awalnya warnanya putih, namun karna sudah setahun lebih belum diganti-ganti, hampir berevolusi warnanya. Jadi hitam pekat. Namun, inilah salah satu senjata agar guling kesayangan yang dibawanya dari rumah itu tidak dipinjam oleh teman kosannya yang lain. Bukan apa-apa. Ga nahan baunya itu. Tutup hidung, mecamkan mata, ngerutkan dahi sambil nafas mengap-mengap kalau gulingnya itu di hempas. Baunya minta ampun. Namun, apa pun itu, si Kimsat tetap saja nyaman dengan barang antiknya itu. Mungkin sudah ta’aruf dengan baunya jadi hidungnya udah kebal kali ya. ========================================= Seperti biasa, diambilnya buku “Cara Tepat Nulis Tepat” yang di pinjamkan Kamsat tadi siang. Bukunya tidak terlalu tebal, sekitar 100 halaman, bentuknya pun kecil, persis dompet bapak-bapak yang kempet. Dibaliknya halaman pertama, begitu pun selanjutnya, halaman pun terus dibalik. Setengah jam berlalu, namun seperti ada yang mengganggu konsentrasi Kimsat malam itu. Biasanya kalau sepuluh menit saja guling sambil baca buku, matanya sudah berat 5 ton dan berkunang-kunang bak lampu pijar 5 wat. Namun kali ini agak berbeda. Posisi tidur pun dia rubah, dari semula menghadap ke kanan, di baliknya badan ke arah kiri. Masih sama, tetap tidak nyaman. Satu jam berlalu, Kimsat masih bergelut dengan ketidaknyamanan. Di helanya nafas dan menghirup sepanjang mungkin, dia keluarkan perlahan. Jurus ini dia dapatkan dari training Hypnoterapi yang diisi oleh kakak tingkatnya. Mungkin ini bisa meningkatkan konsentrasi, dan bisa tidur , pikir Kimsat saat itu. Tapi masih tetap sama. Tidak nyaman rasanya. Resah, mungkin itu kata yang tepat malam ini. ======================================== Kimsat pun mengangkat badan dan duduk sambil berbaring di dinding kamarnya yang terbuat dari batako yang tak berplester. Malam itu, dia terbayang pertemuannya siang tadi dengan Kamsat, entah mengapa, dia sering bertemu dengan Kamsat di kampus, namun siang tadi terasa berbeda. Pertemuan singkat itu telah menusuk ke ruang hati Kimsat. Mengacak-acak pikirannya. Membuat aliran darahnya semakin kencang bak pesawat siluman buatan Amerika yang di klaim sebagai pesawat tercepat di dunia. Hatinya pun tidak menentu. Gundah gulana galau merana. Entah mengapa, pikirannya selalu terbesit kata-kata Kamsat. “Kamu ini mahasiswa, ngakunya aktivitis, kader K*MM* pula, masa tulisan aja belum ada” Ya, satu kalimat itu terasa masuk dalam ulu hati lalu beredar dalam urat nadi oarta menuju jantung yang diteruskan ke saraf otak. Pikiran pun kusut. Hanya kalimat itu. Mungkin bagi Kamsat, siang tadi, itu kalimat biasa saja. Ada makna tersirat yang diambil oleh Kimsat dari kalimat tersebut. Pesan yang menyindir kehidupannya saat ini. Pesan yang serasa mengejek statusnya sebagai mahasiswa. Pesan yang juga memberikan ancaman bahwa tidak dia orang yang tidak berintegritas. ========================================== Kimsat merasa selama ini dia masih senang dan nyaman dalam aktivitasnya selama ini. Hanya datar, tidak ada tantangan. Hampir tidak ada masalah. Tidak ada juga orang yang bisa memarahinya dengan tanggungjawab yang di sematkan dipundaknya. Hanya datar. Itulah kehidupannya kini. Tidak ada variasi. Tidak ada improvisasi. Bahkan bisa di katakan juga tidak ada motivasi. Motivasi untuk maju. Motivasi untuk tegak lebih tinggi dari orang lain. Semuanya hanya datar. Kimsat terlalu nyaman dengan dunianya saat ini. Dia ternina bobokkan oleh zona nyamannya. Zona yang membuat dia hanya santai, zona yang membuatnya hanya diam, diam dan hanya diam. Tidak ada reaksi lebih. Ala kadarnya. Zona inilah kiranya yang membuatnya selama ini tidak ada karya. Tidak ada tulisan tepatnya. Tidak ada kontribusi lebih. “Sungguh kasian diri ini, tidak ada manfaat, hanya senang, hanya berdiam diri” keluh Kimsat. Kimsat bak umang-umang yang aman dan nyaman dalam tempurungnya. Hanya bisa berdiam dan berlindung dari dangersnya alam. Gerak pun lambat. Kalau pun cangkang itu tidak layak lagi, maka ia akan mencari yang lain. Untuk apa ? ya, hanya untuk berlindung. Namun sayang, berlindung tidak dengan barang sendiri. Cangkak yang sudah usang dan terdamar, dia ambil. Diambil untuk melindungi tubuhnya yang lembut. Tapi sayangnya, si umang-umang ini tidak pernah memperhatikan kura-kura yang punya cangkang sama seperti dirinya. Namun, kura-kura punya cangkang sendiri. Cangkak yang dibuat sendiri untuk hidup, untuk tidur bahkan untuk berlindung dari hempasan badai ombak yang bisa datang kapan saja. ============================================ Begitu juga si Kimsat, dia selama ini hanya bisa ikut-ikutan dengan orang lain. Tidak mau mengambil resiko yang besar. Padahal, dibalik tanggungjawab itu terbesit suatu improvisasi mental, kalau dalam istilah pendidikannya restorasi karakter. Dia juga tidak punya jiwa leadership untuk tegak di garda terdepan. Karena baginya selama ini, bermain aman sudah cukup. Pikirannya pun melayang tambah jauh ke awan. Menyesali diri yang selama ini terlalu santai. Hanya nebeng dengan orang lain, itu kata yang paling tepat. Tanpa disadari pikirannya pun melayang dibawa awan ke tempat orang tuanya. Teringat, terbayang wajah ibunya, dan juga wajah bapaknya yang sudah almarhum. Hadir juga kedua adiknya yang selalu menunggu kehadirannya di desa. Ibu yang selama ini mencari nafkah, membanting tulang demi membiayai sekolahnya, dan adik-adiknya. Wajah ibunya yang sudah dimakan usia terlalu tua untuk menanggung beban keluarga. Menahan panasnya sengatan matahari, dan terkadang menahan dinginnya tusukan angin malam untuk mencari nafkah tambahan. Sedangkan Kimsat, dia hanya santai. Kuliah ya hanya sekedar kuliah. Tidak lebih. Dia selama ini tidak berpikir kedepannya dia akan menjadi pemimpin dalam keluarganya. Pemimpin untuk adik-adiknya. Tanpa disadari, Kimsat mengeluarkan air mata. Air mata penyesalan. Air mata kesedihan untuk dirinya sendiri. Haru, dia keluarkan segala yang ada dihatinya. Segala kerinduan dengan keluarga. Guling uniknya basah. Basah oleh air mata dan air yang keluar dari hidung. Tersedu-sedu bagai knalpot motor yang tersumbat air. Puas rasanya dia mengeluarkan segala yang mengganjal di hatinya. Kimsat beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Di ambilnya wudhu. Shalat dua rakaat dia laksanakan. Saat itu jam 01.34 WIB. Suasana sunyi, hampa. Diadukan perasaannya kepada ilahi. Meminta petunjuk. Dia pun tertidur. =-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-= “Kimsat, bangun, hei, hei, sudah jam 07.45 WIB. “ salah satu teman kosannya membangunkan Kimsat yang tertidur di atas sejadah semalam. “Hah, jam berapa ? Buset, telat ni. “ Kimsat pun mengambil sikat gigi dan hanya membasuh muka, ganti baju dan cau ke kampus. Hari itu dia ada semesteran jam 07.30 WIB . “Tok,,tok,,,maaf pak saya telat” ujar Kimsat sambil menyalami tangan dosennya. “Kenapa kamu telat ? tanya dosennya. “maaf pak, saya bangun kesiangan”jawab Kimsat dengan wajah melas minta dikasiani. “Oh KESIANGAN. Ok silakan ikuti semesteran, tapi sebelumnya kamu pergi ke toilet bersihkan dulu belekmu” pinta dosen pengajar sambil mengayunkan tangannya. TWEEEEWWWW @#@>< Kimsat pun malu minta ampun. Teman sekelas menertawakannya. Dan lengkap sudah. Pagi-pagi bangun kesiangan, telat masuk semesteran, eh di tertawain teman sekelas karna ada belek masih nongol di sudut mata plus di hadapan dosen juga. *Tepok Jidat* “Ketahuan ni ga mandi” celetuk salah satu teman kelasnya. kelas pun riuh kembali menertai Kimsat. (mhr/@mahir_12) ...To be Continoue #part3

COMMENTS

Nama

Asia,3,Asian Games 2018,3,Energi of asia,3,Hukum,1,Indonesia,2,Islam,1,Jakarta,3,MAHASISWA,2,Nasional,2,Olahraga,4,PAKIES,1,Palembang,3,Pendidikan,1,Perdamaian,1,Pernikahan,1,
ltr
item
Serba Serbi Kita: Sumpe, Nulis itu Gampang #Part 2 Episode “[Masih] di Zona Nyaman”
Sumpe, Nulis itu Gampang #Part 2 Episode “[Masih] di Zona Nyaman”
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2Oa4_K81zekZFH13EAoVNwrWl51UDgg7LTh_KpNLBLkfBziJ5lDUOvt8ThiRfHWQVtAp6Bq5BTkMX2k9c9gEJ1cZUwMiuBd7k04AX9SFmPkiBaWDNTJqJIuw8-CEFAUNaT4MHdy4xFCY/s320/sumpe.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2Oa4_K81zekZFH13EAoVNwrWl51UDgg7LTh_KpNLBLkfBziJ5lDUOvt8ThiRfHWQVtAp6Bq5BTkMX2k9c9gEJ1cZUwMiuBd7k04AX9SFmPkiBaWDNTJqJIuw8-CEFAUNaT4MHdy4xFCY/s72-c/sumpe.jpg
Serba Serbi Kita
https://mahirpratama.blogspot.com/2014/08/sumpe-nulis-itu-gampang-part-2-episode.html
https://mahirpratama.blogspot.com/
https://mahirpratama.blogspot.com/
https://mahirpratama.blogspot.com/2014/08/sumpe-nulis-itu-gampang-part-2-episode.html
true
8015432356498933254
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy