Manusia ≠ Hewan

Di sebuah padang sabana yang amat luas, banyak hewan yang hidup. Baik yang tinggi maupun yang berbadan kecil. Ada juga yang bisa terbang ta...

Di sebuah padang sabana yang amat luas, banyak hewan yang hidup. Baik yang tinggi maupun yang berbadan kecil. Ada juga yang bisa terbang tapi tidak sedikit juga yang bisa melata. Dan satu hal menarik dari kehidupan hewan-hewan disana ialah sebagian dari mereka bertahan hidup dengan berlari. Ia berlari kawan. Pernah penuls mendengar dua jenis binatang yang sama-sama memberikan nasehat dengan anaknya. Leopard dan Kijang. Kira-kira, percakapannya seperti ni kawan. Ibu Leopard: anakku, kamu harus belajar berlari sekencang mungkin. Anak Leoapard: Memangnya kenapa bu ? Ibu Leopard: karna kamu harus berlari lebih kencang dari pada kijang, mereka adalah makanan kita, kalau kamu tidak bisa lebih cepat dari kijang, kamu tidak bisa makan. Anak Leopard :Oh cem itu yam am (dalam logat Malaysia). Ditempat yang berbeda, di sudut gua yang gelap, ada sekelompok kijang. Anak Kijang : Mami (kijangnya, kijang Eropa), kenapa saya diajari berlari, kan dedek masih kecil. Lesu dedek mami ? (dengan nada manja dan polos) Ibu Kijang :(Sambil mengusap kelapa anaknya dengan lidah), begini anakku, kita ini selalu menjadi incaran para binatang-binatang buas yang akan memangsa kita. Jadi, kalau kamu lariya lambat, pasti kamu akan menjadi makanan mereka. Anak Kijang :Oh begitu ya mamai (Dengan wajah yang lugu) Ada yang bisa tarik kesimpulan ? (kalau di dorong bisa ga ) , bukan begitu, maksudnya ada yang bisa memahami maksudnya ? atau mendapatkan lentera hikmah dari analogi cerita di atas ? ya pasti, beda- beda. Tapi tenang, perbedaan tidak jadi masalah, tetap satu jua, Bhineka Tunggal Ika. (Lah kesitu, ga nyambung). Jadi begini kawan, hidup itu pilihan, kayak di bus, kita mau duduk, atau mau berdiri atau juga mau gantung-gantung kayak kondektur juga boleh, asal mau ? Iya toh ? Nah begitu juga hidup, perlu usaha untuk mempertahankan hidup. (apa hubungannya dengan cerita di atas ya ? pokoknya di sambung sambungin aja lah. Kalau hewan, mereka berlari untuk mempertahankan hidupnya saja kawan, selebih itu cukup. Percaya tidak, kalau manusia dengan hewan itu sama ? sama-sama makhluk ciptaan Alloh maksudnya. Heheh Bukan, sama dari segi fisik, namun ada satu hal yang mendasar, yang kiranya ini menjadi simpangan dari kedua jenis makhluk ini, yaitu Orientasi. Loh kok orientasi ? iya, orientasi hewan hanya sekedar di dunia, kebutuhan mereka perut dan dibawah perut saja. Lah manusia ? manusia punya orientasi yang berbeda kawan, manusia punya orientasi akhirat juga selain dunia. Larinya manusia, lari untuk mendapatkan ampunan Alloh dan juga Jannah-Nya (Q.S Al- Hadid :21 dan Q.S Al Baqarah :133) Nah, kalau ada diantara kawan sekalian yang orientasinya sama dengan hewan (perut dan dibawah perut), duh apa bedanya ya dengan hewan ? karena hewan melakukan segala cara untuk memenuhi 2 kebutuhannya itu. Kalau kawan gimana ? Mari intropeksi (termasuk penulis juga) bagaimana orientasi kita selama ini. Timbul pertanyaan lagi kawan, kalau orientasi kita ke ampunan Alloh dan Jannah-Nya sesuai dengan Al-Qur’an, trus bagaimana caranya ? How ? Tenang, jangan panic gitu kawan, penulis juga akan share.,.hehe Jadi begini (fokus bacanya ya ). Cara berlari manusia untuk mendapatkan ampunan Alloh ialah dengan ber Istigfar. Kok beristigfar ya ? kawan silakan kaji dan lihat dalam Q.S Hud : 3 dan 52 serta Q.S Nuh :12 yang menjelaskan manfaat dari istigfar serta ketenangan, kenikmatan, kekuatan, ampunan akan di raih. (maaf ga bisa jelasin, takut salah. Di cek sendiri aja ya ) Dalam sebuah hadits, Rasullullh melakukan Istigfar dalam sehari semalam itu minimal 70 kali. Coba bayangin kawan, seorang manusia yang telah dijamin masuk surga, setiap hari malakukan Istigfar. Lah, kita gimana kawan (termasuk penulis juga ) berapa kali dalam sehari malakukan Istigfar ? Hmmm.,.,.pada ngitung ya ? Setidaknya sebagai hamba yang belum di jamin masuk surga dan berlinang dosa, mari kita bemuhasabah diri, banyak hal-hal yang telah kita lakukan yang itu adalah dosa kita dengan Alloh dan manusia. Untuk itu penulis mengajak kawan semua untuk membuat program One Day One Hundred Istigfar (hehehe.,.kayak ODOJ aja ). Gimana kawan ? setujukah ? Tulisan ini di ambil dari tausiah Ust. Yogi Safril Palembang, 1 Juni 2014 14.02 WIB Penulis adalah seorang mahasiswa Jurnalistik di IAIN Raden Fatah Palembang yang saat ini masih menelesaikan membaca novel maryamah karpov (ketinggalan ya,.,hehe ,.baru bisa beli)