Namaku Mahir Pratama. Sebuah nama yang membuat perasaan dilema antara senang namun tertantang. Senang karna setiap orang yang memangg...
Sebenarnya, nama “Mahir” bukan
pemberian dari orang tua. Ini nama yang diberikan oleh seorang Ulama di tempat
saya lahir. K.H. Manlawi Al-Imam yang memberikan nama ini. Menurut penuturan
dari orang tua, ketika saya tiba di muka bumi, K.H. Manlawi Al-Imam mendatangi
rumah orang tua saya, dan memberikan nama itu lalu memanjatkan do’a. Ketika
orang tua saya bertanya kenapa harus nama itu, beliau menjawab “anak ini pantas
diberi nama Mahir yang artinya pandai dan cocok dengan nama bapaknya, Thamrin
yang memilki arti “pembimbing”
Perlu dicatat bahwa, sepanjang
pengetahuan saya (silakan dikoreksi kalau salah ya), di dunia ini ada 5 orang
yang bernama Mahir. Pertama, Mahir Manlawi, seorang Guru besar di salah satu
Universitas Islam di Indoensia. Kedua, Mahir Saglik, seorang atlet sepakbola
yang bermain di Borussia Dortmund. Ketiga, Mohammad Maher al kurtubi al-hafidz,
seorang yang hafidz 30 juz al-qur’an dari Mesir. Keempat, Maher Zain, seorang
penyanyi religi Internasional. Kelima, Mahir Pratama, seorang calon Professor
dan Sekjen PBB (Aamiinn). Orang-orang terebut pernah saya temui langsung dan
berjabat tangan, kecuali Mahir Saglik.
Untuk destinasi kelahiran, sebuah
desa di sudut Kabupaten OKU Timur yang kini menjadi daerah perbatasan dengan
Kabupaten OKI menjadi saksi bisu saya dilahirkan. Campang Tiga namanya. Lahir
di suku Komering membuat logat dan watak saya sedikit keras. Namun, hanya
sekitar 12 tahun saya menempah hidup di sana. Setelah itu, ranah demi ranah
saya tempuh guna mengejar ilmu untuk memantaskan diri dengan sebutan nama
Mahir. Tanggal 12 Desember menjadi waktu yang bersejarah setiap tahun bagi
saya, selain tanggal dan bulan dengan angka yang sama, pernah satu kali saya
merasakan kesamaan angka tahunnya. 12-12-2012 menjadi moment khusus, karena di
waktu itu saya merasakan pertama kalinya orang lain merayakan ulang tahunku.
Senang, bahagia, haru, juga sedih, karna jatah umur semakin tipis.
Laki-laki adalah genre yang
dipilihkan oleh Tuhan untukku. Mendidik, menjalankan kepemimpinan serta
tanggungjawab adalah jiwa yang harus saya miliki dan harus pelajari, karna ini
adalah fitrah yang senantiasa harus dijalani dan di syukuri. Selain itu, saya
juga anak pertama dari tiga bersaudara, ada dua adik yang harus saya bimbing
dan berikan teladan kepada mereka.
Beragama Islam adalah salah satu nikmat
yang harus senantiasa saya syukuri. Nikmat yang orang lain tidak tentu bisa
mendapatkannya. Nikmat yang menunjukkan kita bagaimana hakikat hidup
sebenarnya. Nikmat yang mengarahkan kepada “amal
ma’ruf nahi mungkar” sebagai jalan hidup untuk lebih bermanfaat.
Lanjut ke golongan darah, hei para golongan
darah O, #O itu kalau sudah marah bawaannya pasti diem, dan mau ngomong lagi
kalau keadaan hatinya sudah stabil. #O itu orangnya dewasa, berpikir panjang,
dan paling bisa mengerti apa yang sedang orang lain rasakan. #O itu egois
tingkat dewa, tapi kadang bisa jadi peduli sama orang lain. #O itu kalau lagi
nangis gak butuh di hibur, dia hanya perlu di tinggal sendiri. #O paling sering
ngertiin orang lain, tapi jarang untuk di dingertiin. #O itu kalau suka sama
orang sulit dipendem. tapi, kalau cemburu jago banget nyembunyiinnya (upss.,.) #O
itu suka yang namanya adu mulut, bentak-bentak orang. tapi, setelah itu dia
bakal ngerasa bersalah terus nangis. #O itu kalau lagi di kelas bawaannya gak
bisa diem. Aktif bener. Ya itu segelumit mengenai sifat dasar golongan darah
“O” yang saya miliki sekarang.
Kita pindah topik mengenai tinggi
badan, ketika di SD dan SMP, saya termasuk orang yang tergolong tinggi, namun
ketika SMA dan menginjak bangku kuliah, entah kenapa saya rasanya tidak tinggi
lagi. Mungkin, saya masa pertumbuhannya cepat kali ya, jadi saat SMA ga lagi
ninggi. 165 cm tinggi badan yang saya miliki sekarang. Berat badan hanya
berputar 50-55 kg setahun terakhir ini. Yah, cukup ideal lah dengan tinggi dan
berat badan yang tergolong standar untuk orang Indonesia.
Ok, lanjut. Mau silaturahim ke
rumah, pasti butuh alamatkan. Saya tinggal di Jl.Balap Sepeda Lr.Muhajirin IV
no 1515A di seputaran Kampus Ilir Barat I Palembang. Itu tempat Oom. Numpang
tinggal doang. Orang tua bermukim di Campang Tiga, tapi saya juga pernah
tinggal di Baturaja, salah satu kabupaten tua di Sumatera Selatan. Ditanya
tentang status, ini salah satu pertanyaan yang ngenes, sensitif juga, apalagi
kalau yang nanyanya lawan jenis trus yang kita seneng juga. Hmm..jadi GeeR
kan..Saya sekarang masih single 100% perjaka.
Selain itu, saya juga punya akun
sosial media, biar silaturahim lancar. Kalau mau kirim surat elektronik bisa
lewat mahir12pratama@gmail.com.
Bisa juga kalau mau nambah-nambahin kawan kita temenan di facebaook mahir
pratama. Kalau mau saling mention-mentionan bisa follow aja di @mahir_12. Nah
untuk saling kirim SMSan bisa di 0856-6921-0967.
Sekarang, mengenai ranah tempat saya
menimba ilmu. Mulai dari SDN 2 Campang Tiga, OKU Timur. 6 tahun mengabdi untuk
mendapatkan ilmu-ilmu dasar di sekolah yang berada di jalan lintas provinsi itu.
6 tahun juga mengalami hari-hari penuh keaktifan dan kenakalan. Saya masih
ingat, dan akan selalu ingat, bunga seroja menjadi primadona kami untuk dipetik.
Musimnya ketika mekar selalu kami nanti. Di petik, diselipkan disela daun
telinga sebagai bahan candaan untuk bermain. Beranjak ke SMP, yang disana mulai
mekar yang namanya “cinta monyet”. SMP N 1 Cempaka menjadi destinasi kedua yang
saya masuki. Tiga tahun sekolah dengan sepeda membuat suasana pulang dan pergi
sekolah menjadi lebih indah. Kadang pecah ban, putus rantai, atau juga saling
bonceng-boncengan dengan kawan. Jenjang pendidikan selanjutnya saya lanjutkan
di SMK N 1 OKU. Mulai mendewasakan diri, karna mau tidak mau, suka tidak suka
saya memberanikan diri untuk pisah dengan keluarga. Saya ingin merasakan
bagaimana hidup jauh dari keluarga, ingin juga merasakan bagaimana sulit dan
gigihnya orang tua selama ini. Mulai mandiri. Saya juga merasakan tahun pertama
puasa juga tanpa keluarga. Awalnya tegar dihari pertama puasa, namun ketika
sahur atau pun buka puasa, hati ga bisa menahan kerinduan dan kesedihan. Betapa
lekat dan jelas bayang-bayang ketika masih buka dan sahur bersama, tawa canda
dengan keluarga, bahkan rebutan makanan terkadang menjadi hal yang sangat
kurindukan. Setelah usia beranjak 18 tahun, Alloh menemukan saya dengan IAIN
Raden Fatah Palembang untuk melanjutkan menimba ilmu disana, dan sampai saya
menulis tulisan ini, saya masih berada di kampus islam yang pertama di
Palembang. Jurusan Jurnalistik menjadi konsentrasi program studi yang juga
Alloh pilihkan untukku.
Selain itu, beberapa aktivitas yang
saya geluti mulai dari SMP sampai sekarang membuat dan membentuk karakterku
sekarang. Mulai dari SMP aktif di OSIS dan sempat menjadi wakil ketua. Di SMK
aktif di Rohis dan juga di nasyid. Rohis menjadi ranah pertama yang membuat
diriku sadar dan terbangun tentang hakikat hidup sebenarnya. Masih ingat,
materi pertama yang saya terima, mengenai 5S yang sangat dasar yaitu Senyum,
Sapa, Salam, Sopan, Santun dan 3F yaitu Fun, dan 2Fnya saya lupa. Tapi intinya
itu mengenai cara kita untuk berperilaku terhadap orang lain. Nasyid juga mengajarkan kepadaku kalau nyanyi
bukan hanya sekedar cuap-cuap doang. Lewat sya’ir kita bisa berdakwah, lewat
sya’ir juga bisa muhasabah diri. Dan lewat nasyid juga saya bisa memberanikan
diri untuk tampil di walimahan salah satu guru SMK. Tampil di depan orang
banyak dengan cuap-cuap nyanyi jadi salah satu kesan yang tak terlupakan, masak
suara serak-serak banjir bisa nyanyi,.kadang pikir gitu. Selain itu juga, di
SMK saya merasakan nikmatnya aktif di OSIS serta di ESQ 165. Merasakan juga
indah dan ketatnya Olimpiade Sains Terapan Nasional bidang matematika di Yogya
membuat badan semakin kurus. Ditempah pelajaran yang double, menjadikan
hari-hari semester 4 di sekolah dulu semakin berat. Tapi, memang manis
ujungnya. Masuk 17 besar nasional menjadi kado istimewa.
Mulai beranjak ke dunia kuliah. Saya
hanya menceritakan aktifitas di dunia yang masih saya geluti sekarang. Kalau mau
cerita tentang perjuangan masuknya, rasanya harus buat tulisan yang khusus
untuk itu. Panjang, berat, dramatis, melelahkan, pengorbanan, dan perjuangan
yang akhirnya berbuah manis menjadi cerita tersendiri dalam hidupku. Dalam perjuangan
ini, saya memaknai bahwa tak ada perjuagan yang sia-sia, Alloh hanya melihat
seberapa tegar dan gigih kita berjuang dan istiqomah dalam perjuangan itu,
hasilnya, pasti manis dan indah. Tukan jadi cerita sedikit. Ok, saya ceritakan
tentang aktifitas kuliah. Saya aktif di Lembaga Dakwah Kampus dan juga Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Saya juga kini bergelut dalam Duta Mahasiswa
Genre Sumsel 2014, belajar menjadi jurnalis muda di Tribun Sumsel, serta aktif
belajar bersama dengan rekan-rekan jurnalistik dalam Himpunan Mahasiswa
Jurusan. Dalam dua tahun terakhir juga, dalam jenjang nasional, saya aktif dan
menjadi Seknas dai Lingkar Bidik Misi PTAIN se nusantara, terakhir di Jakarta
ada simposium. Yang penting, apapun kegiatan saya sekarang saya berkeyakinan
bahwa setiap gerak adalah ibadah dan pelajaran dan setiap tempat adalah ladak
dakwah dan pendidikan. Dua hari yang lalu, saya bersama dengan Perdana menteri
dari Timor Leste. 5 hari saya lewatkan hari-hari bersamanya. Seorang yang
aktif, santai, dan menguasai 5 bahasa menjadikan dirinya sangat proaktif. Keliling
dunia sudah ia lakukan. Dalam kebersamaan dengannya, di pikiran saya masih
lekat dan pekat ucapannya yang sedikit guyon, tapi sarat makna. “Masih 20
tahunkan, masih muda, masih masanya gantung-gantungan di bis kota, masih
waktunya untuk susah karna posisi dibawah toh, saya yakin 20 tahun lagi kamu
bisa lebih dari saya, di
saat usia 20 tahun, saya tidak sebaik kamu” trus
tawanya meledak dengan guyonan “masih muda, hidup itu aaasssssyyyyiiiikkkk”
Nama bapak itu Arif Abdullah Sagran, selain Perdana Menteri, dia juga ketua negara-negara berbahasa Portugis di dunia, dan menjabat juga sebagai ketua Majelis Ulama di Timor Leste. Kok bisa banyak jabatan gitu pak, kan udah jadi Perdana Menteri. jawabnya simpel, "kan di Timor Leste sana sedikit orang pintar, makanya antum jadi orang pintar"

COMMENTS