Indonesia dikenal sebagai negara yang subur akan tanahnya. Berbagai tumbuhan bisa tumbuh di daratan yang luasnya 11 kali negara di Ero...
Indonesia dikenal sebagai negara yang subur akan tanahnya. Berbagai
tumbuhan bisa tumbuh di daratan yang
luasnya 11 kali negara di Eropa. Walaupu mempunyai tanah yang subur, negara ini
masih dari dulu berstatus sebagai negara berkembang. Kemiskinan menjadi salah
satu momok yang tidak pernah hilang dari negeri ini. Angka kemiskinan,
pendapatan perkapita, pengentasan kemiskinan, tingkat harapan hidup, sangat
sering kita dengar. Para ahli ekonomi membahasnya dengan serius, dan
akhir-akhir ini menteri keuangan Sri Mulyani membuat kebijakan baru dengan
membuat APBN singkron dan harmonis.
Berita resmi statistik tentang profil kemiskinan di Indonesia Maret
2016 diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 18 Juli 2016, jumlah
penduduk miskin—penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis
kemiskinan—pada Maret 2016 di Indonesia mencapai 28,01 juta jiwa atau sebesar
10,86 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan profil
kemiskinan BPS, walaupun dari sisi jumlah kemiskinan di perdesaan menurun,
namun secara persentase penduduk miskin meningkat. Pada bulan Maret 2015
persentase penduduk miskin perdesaan sebesar 14,21 persen, lalu turun pada
September 2015 menjadi 14,09 persen kemudian naik 0,02 persen di bulan Maret
2016 menjadi 14,11 persen. Perlu juga
diperhatikan bahwa penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam dan termasuk
pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Tidak bisa ditampik lagi bahwa
masyarakat muslim di negeri ini banyak yang berada dalam golongan ekonomi
rendah. Kondisi ini tentunya sangat mengkhwatirkan karena banyak dari penduduk
miskin di negeri ini adalah orang Islam.
Dari Anas bin Malik r.a
bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: “Hampir-hampir kefakiran
(kemiskinan) itu menjadi kekafiran”. Hadits ini termasuk hadits yang lemah dari
sisi perawinya. Meskipun lemah dan tidak bisa dijadikan dalil, tapi setidaknya
hadits ini bisa mengingatkan kita bahwa kefakiran bisa menyeret kita ke dalam
kekafiran. Demi uang, aqidah bisa saja terjual. Ini salah satu cara misionaris
untuk mengajak umat muslim masuk ke agama mereka dengan memanfaatkan desakan
ekonomi.
Salah satu pengusaha muda yaitu Rizki
mengemukakan bahwa masyarakat muslim menjadi lemah secara ekonomi dikarena pola
pikir yang ingin menjadi pekerja.”Kebanyakan masyarakat muslim banyak yang mainsetnya
ingin menjadi pekerja, sedangkan SDM dan SDA kita besar sekali” ujar ketua
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Perguruan Tinggi Sumatera Selatan. “Kita
selaku pengusaha muda melakukan sharing kepada sesama untuk memberikan masukan
berupa inspirasi, motivasi, seminar, coachong kepada masyarakat yang mau jadi pengusaha
khususnya yang muslin” lanjut pengusaha dezainla.com ini. Dalam waktu dekat,
HIPMI PT akan mengadakan workshop kreatif untuk pelajar SMA guna memanfaatkan
barang bekas menjadi sesuatu yang berguna. “Ini salah satu program kita,
mendatabase pengusaha muda di Sumsel ini yang nantinya akan dibuatkan market
place berbasis online untuk memasarkan produk mereka” ujarnya.
Selain dari segi pengusaha, kemiskinan
dapat dikurangi dengan adanya peran anggota dewan yang bisa memberikan solusi
yang kongkrit. Samsul Rizal, anggota DPRD Kabupaten Banyuasin menjelaskan bahwa
problematika kemiskinan memang menjadi tugas kita bersama untuk menguranginya,
apalagi pasal 34 ayai 1 dalam UUD 1945 menyebutkan bahwa ayat yatim dan anak
terlantar dipelihara oleh negara. “UUD 1945 sudah memberikan amanat kepada kita
semua agar membantu masyarakat yang kurang mampu, namun ini butuh kerja sama
dari semua pihak untuk keja sama. Kami selaku pembuat kebijakan akan berusaha
semaksimal mungkin, apalagi ini juga memerlukan budget yang begitu banyak yang
bisa kita ambil dari Bansos” beber ketua BKPRMI Sumatera Selatan ini.
Lain halnya dengan Ustadz Khotibul Umam
yang menjelaskan bahwa wajar masyarakat muslim Indonesia banyak yang miskin
karena mayoritas, kalau pun yang mayoritas itu non muslim pasti juga akan
mayoritas miskinnya. “Dimana-mana yang mayoritas itu mendominasi dan itu wajar”
ujar ustadz yang juga dosen UIN Raden
Fatah ini. “Sebenarnya kafaqiran harta saja yang menyebabkan seseorang bisa
menjadi kufur (keluar dari agama Islam.red), tetapi kefaqiran keimanan
seseorang yang ada pada dirinya sehingga mengakibatkan tidak adanya sifat
qona’ah (menerima ketentuan Allah.red). Karena tidak sedikit juga orang yang
kaya tapi ia bisa menjadi kufur, sebab walaupun kaya dengan tidak adanya sifat
qona’ah akhirnya merasa faqir juga. Ujung-ujungnya bisa kufur juga” jelas dosen
yang mendapatkan gelar bachelor dari Universitas Al-Azhar Kairo ini.
Islam telah memberikan jalan keluar untuk menghadapi promatikan
kemiskinan ini, Alloh memerintahkan kepada yang kaya untuk mengeluarkan zakat,
shodaqoh, dan membantu kebutuhan orang miskin setiap waktu. Demikian juga Alloh
memerintahkan kepada yang fakir untuk sabar, bekerja yang halal, bersyukur
kepada Alloh, qona’ah (merasa cukup dengan pemberian Alloh) dan pintar-pintar
dalam membelanjakan harta. Inilah petunjuk Islam kepada kaum kaya dan kaum
miskin. Seandainya masing-masing mau melakukannya, maka niscaya akan terwujud
kebaikan di dunia dan akhirat. (mahir)
COMMENTS